Kumpulan Fatwa Ulama

Minggu, 29 April 2018

Menghabiskan Waktu Melalui Jaringan Internet (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)

Menghabiskan Waktu Melalui Jaringan Internet (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)

Pertanyaan:
Banyak di kalangan pemuda yang menghabiskan sebagian besar waktunya tenggelam di jaringan internet dan berkeliling di situs-situs yang berbeda-beda, yang baik yang buruk, berikanlah nasehat untuk para pemuda tersebut?

Jawaban:

Banyak di kalangan pemuda tersebut yang memiliki waktu senggang dan cenderung kepada hawa nafsu dan sesuatu yang diinginkan oleh jiwa berupa melihat segala yang baru, lalu mereka mengikuti perkumpulan tersebut yang memberikan apa yang disiarkan lewat internet atau saluran alam maya. Tidak disangsikan lagi bahwa kebanyakan yang disiarkan program-program ini adalah syubhat-syubhat yang menyesatkan, propaganda-propa-ganda yang merusak akal dan fitrah, serta gambar-gambar cabul yang menggoda bagi yang menyaksikannya. Maka nasehat kami kepada setiap muslim dari kalangan pemuda dan orang tua agar mendidik diri sendiri dari tempat-tempat itu dan perkumpulan-perkumpulan kotor, agar mereka memelihara pendengaran dari mendengar kata-kata kotor dan ucapan-ucapan yang samar, agar mereka memelihara mata dari melihat siaran-siaran kufur atau bid'ah, karena memelihara waktu mereka dari kesia-siaan, memelihara agama dan akidah mereka dari perbuatan bid'ah, memelihara atas fitrah dan akal mereka dari tertipu dengan yang didengar atau disiarkan yang bisa menghapuskan penglihatan dan menulikan pendengaran. Mereka akan menemukan kesibukan dan menghabiskan waktu senggang mereka dengan berbagai hal yang mengandung maslahat (kebaikan) agama, mencari bekal ilmu-ilmu yang bermanfaat dan amal-amal shalih. Dan dari pekerjaan-pekerjaan duniawi yang mereka dapatkan dengan usaha-usaha yang mubah dan rizki yang halal, yang melangsungkan kehidupan mereka. Atau ilmu-ilmu yang dibolehkan dan berita-berita benar yang menjadi pelajaran berharga dengan mendengarkannya di dalam perjalanan hidup mereka. Mereka saling mengingatkan apa yang dialami oleh pendahulu mereka. Bersyukur dan memuji kepada Rabb mereka bahwa Dia سبحانه و تعالى telah memberikan petunjuk kepada Islam dan membukakan kepada mereka ilmu-ilmu baru yang bermanfaat bagi kehidupan mereka. Sesungguhnya manusia akan dihisab atas waktu yang disia-siakannya. Diriwayatkan dalam hadits,
لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتىَّ يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيْمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اِكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَا أَبْلاَهُ
"Tidak akan terjerumus dua kaki hamba pada hari kiamat sehingga ditanya tentang umurnya ke mana dihabiskannya, tentang ilmunya apa yang dilakukan padanya, tentang hartanya, dari mana didapatkannya dan ke mana digunakan, dan tentang badannya pada apakah ia hancurkan."[1]

Ia harus menyiapkan jawaban bagi setiap pertanyaan dan menyiapkan jawaban yang benar bagi semua jawaban. Allahu A'lam.

Footnote:
[1] HR. At-Tirmidzi dalam shifah al-Qiyamah (2417)
Rujukan:
Diucapkan dan didiktekan oleh Syaikh Abdullah al-Jibrin pada 
2/7/1420 H.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.