Kumpulan Fatwa Ulama

Selasa, 01 Mei 2018

Keutamaan Taubat Dalam Al-Qur' an Dan Sunnah

Keutamaan Taubat Dalam Al-Qur' an Dan Sunnah

Allah Ta'ala telah memerintahkan dalam kitab-Nya, begitu pula Rasululllah Shallallahu 'alaihi wa sallam, agar kita beristighfar dan bertaubat kepadaNya, Karena "kebutuhan makhluk terhadap hal tersebut (taubat) sangat besar, setiap orang butuh untuk memahamiya kemudian beramal sesuai tuntutan-tuntutannya" (1)

Allah Ta'ala berfirman,
"Hendaklah kalian meminta ampun kepada Tuhan kalian dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kalian, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepada kalian sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kalian berpaling, maka sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa siksa hari kiamat." (QS. Hud: 3)

Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa istighfar dan taubat kepada Allah Ta'ala dari dosa menyebabkan datangnya kebaikan dari Allah kepada orang yang melakukannya hingga waktu yang telah ditentukan. Yang dimaksud dengan Mata'an Hasanan (dalam ayat di atas) adalah: "keluasan rizqi, kehidupan yang tentram dan keselamatan di dunia" (2).

 Allah Ta'ala berfirman,
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. an-Nur: 31)

Ayat di atas menunjukkan bahwa keberuntungan hanya diberikan kepada mereka yang bertaubat.

Allah Ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. al-Baqarah: 222)

At-Tawwab adalah: orang yang suka bertaubat.

Sebagaimana diketahui, bahwa orang yang suka bertaubat menunjukkan bahwa dia banyak berdosa. Dari sini kita dapat memahami bahwa, betapapun banyaknya dosa seseorang, jika dia mengiringi setiap dosa dengan taubat, maka sesungguhnya Allah Ta'ala akan mencintainya.

Ini merupakan perkara yang luar biasa, "Karena cinta Allah kepada seorang hamba, jauh di atas apa yang dibayangkan orang beriman, dan inilah perkara yang mestinya menjadi keinginan paling utama." (3)

Jika demikian halnya kedudukan taubat, maka para pelakunya sungguh sedang melakukan ibadah yang sangat mulia dan paling dicintai Allah Azza wa Jalla.

Allah Ta'ala berfirman,
"Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal sa/eh, maka kejahatan mereka Allah ganti dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Furqan: 70)

Ayat ini merupakan berita gembira yang paling nyata bagi orang-orang yang bertaubat. Ini merupakan "Balasan yang setimpal bagi orang yang sangat menyesali keburukannya. Setiap kali dia ingat dosanya, bertambah ketakutan dan rasa malunya kepada Allah dan kemudian bersegera beramal shaleh.

"Siapa yang kondisinya seperti ini, maka pahitnya penyesalan atas dosa yang dia rasakan terasa jauh berlipat-lipat dibanding manisnya perbuatan dosa yang pernah dia lakukan. Maka dengan demikian, setiap dosa yang dia lakukan akan menjadi sebab lahirnya amal shaleh yang akan menghapus dosa-dosanya." (4)

Firman Allah Ta'ala,
"Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Ma'idah: 74)

Ayat ini merupakan seruan Allah untuk bertaubat, karena Dia akan mengampuni dosa orang yang bertaubat, walaupun sepenuh awan di langit. Allah mengasihi mereka dengan menerima taubatnya dan menggantikan keburukan mereka dengan kebaikan.

Allah awali seruan taubatnya dengan ungkapan yang sangat lembut dan penuh kasih, karena besarnya pahala dan manfaat di dalamnya, sebagaimana firman-Nya:
 "Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah?"

Allah Ta'ala berfirman,
"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar." (QS. Thaha: 82)

Allah mengabarkan bahwa Dia Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat dari dosa-dosanya, serta beriman dengan ke-Esaan Allah serta Keagungan Sifat-Sifat-Nya, lalu segera mengejar ridha-Nya dengan amal shaleh, selalu mencari petunjuk dan menjaga taubatnya hingga wafat. (5)

Allah Ta'ala berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya." (QS. at-Tahrim: 8) Dalam ayat ini Allah Ta'ala memerintahkan mereka untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya dengan taubat yang ikhlas dan jujur, yang dapat menghapuskan dosa-dosa sehingga mereka yang bertaubat dapat hidup tenteram dan tercegah dari perbuatan hina yang selama ini dia lakukan." (6)

Taubat Nashuha adalah: Taubat dari dosa dan tidak kembali lagi melakukannya.

Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Setiap anak Adam melakukan dosa, ·dan sebaikbaik orang yang berdosa adalah orang yang bertaubat." (7)

Ibnu Abbas radhiallahuanhuma berkata, "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Seandainya Anak Adam memiliki dua lembah harta, niscaya dia mengharapkan yang ketiga, tidaklah kepuasan (terhadap dunia) dapat memenuhi hati mereka kecuali jika oleh debu (jika telah mati), dan Allah akan menerima mereka yang bertaubat." (8)

Aghar bin Yasar Radhiyallahu 'anhu dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Wahai Manusia!, bertaubatlah kepada Allah, sungguh aku bertaubat dalam sehari seratus kali" (9)

Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sungguh Allah sangat gembira dengan taubat sang hamba kepada-Nya, melebihi kegembiraan salah seseorang yang mengendarai hewan tunggangannya di sebuah padang nan gersang. Kemudian hewan tunggangannya tersebut kabur, padahal di atasnya terdapat persediaan makan dan minumnya. Latu dia mendatangi sebuah pohon dan berbaring di bawahnya dengan rasa putus asa untuk mendapat kembali hewan tunggangannya itu. Namun ternyata, tiba-tiba hewan tersebut sudah berada di hadapan-nya, maka segera dia pegang tali kendali hewan itu, lalu berkata -karena saking gembiranya, 'Ya Allah engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu, (dia) salah ucap(10) karena saking gembiranya." (11)

Ilustrasi tersebut adalah gambaran kegembiraan paling besar. Seandainya di dunia ini ada kegembiraan lebih besar dari itu, niscaya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam akan menjadikannya sebagai contoh. Kegembiraan Allah dengan hambanya yang bertaubat melebihi kegembiraan orang tersebut dengan kendaraannya. (12)

Hanya bagi Allah segala puji dan sanjungan, betapa tinggi kebaikan-Nya, betapa banyak Kemurahan-Nya dan betapa luas nikmat-Nya.
 "Kegembiraan Allah atas taubat hamba-Nya tersebut -padahal orang itu belum melakukan ketaatan yang sebanding- merupakan petunjuk keutamaan dan kedudukan taubat di sisi-Nya, dan bahwa taubat merupakan salah satu bentuk ibadah kepada-Nya yang paling utama" (13)

Dari hadits ini dapat diambil pelajaran tentang adanya sifat gembira bagi Allah Azza wa Jalla dan Sempurnanya kasih sayang Allah Jalla wa 'Ala terhadap hamba-Nya; di mana Dia mencintai taubat orang yang maksiat kepada-Nya dengan cinta yang besar. Orang itu lari dari Allah, kemudian berhenti lalu kembali kepada-Nya, sehingga Allah bergembira dengan kegembiraan yang sangat besar.

Dari sisi perilaku, hadits ini mengajarkan kita untuk selalu berupaya bertaubat setiap kali kita melakukan sebuah dosa .

Jika anda telah mengetahui bahwa Allah sangat gembira tiada tara dengan taubat anda, maka tidak diragukan lagi bahwa hal tersebut akan mendorong anda untuk selalu mengupayakan taubat kepadaNya. (14)

Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Orang yang bertaubat dari dosa, bagaikan orang yang tidak ada dosanya." (15)

Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Seandainya kalian berdosa hingga seluas langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya taubat kalian akan diterima." (16)

Hadits ini menunjukkan bahwa "Allah menerima permohonan ampun dari orang yang meninggalkan dosa, bahkan tidak hanya sekali, jika dia mengulangi lagi istighfarnya. Ini adalah kabar gembira yang sangat besar dan layak disambut dengan senang dan pujian oleh hamba Allah karena luas dan kasih sayang-Nya rahmat Allah kepada hambaNya." (17)


=================
1)      Lihat, Jami' al-Ulum wa al-Hikam, 1/451
2)      Lihat Adhwa'ul Bayan, 3/78
3)      Majma' al-Fawa'id, hal. 215, al-Alla mah as-Sa'dy rahimahullah.
4)      Jami' al-Ulum wa al-Hikam, 1/300
5)      Al-Majmu'ah al-Kamilah Iii Mu'allafaat al-Allamah as-Sa'dy (VI/178- 179)
6)   Tamyizul-Mahzuzin 'anil Mahrumin (Hal. 316), al-Ma'shumi.
7)      Riwayat Tirmizi, no. 2499, dihasankan oleh al-Albany rahimahullah dalarn Shahih Sunan Tirmizi, no. 2029
8)      Riwayat Bukhari, no. 6436, Muslim, no. 1049
9)      Riwayat Muslim, no. 2702
10)   Serharusnya yang dia ucapkan adalah: "Ya Allah, Engkau adalah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu"
11)   Riwayat Muslim, no. 2747
12)   Thariqul-Hijratain, hal. 439.
13)   Ibid (hal. 423-424)
14)  Syarh al-Aqidah at-Washitiah (hal. 405)
15) Riwayat Ibnu Majah, no. 4250, dihasankan oleh al-Albany rahimahullah dalam Shahih Sunan Ibnu Maja, no. 3427.
16) Riwayat Jbnu Majah (4248), dishahihkan oleh al-Albany rahimahullah, dalam Shahih Sunan Ibnu Majah, no. 3426
17)   Tuhfatuz-Zakirin, hal. 257

Rujukan:
At-Taubah, Thariqun ilal Jannah karya Abdul Hadi bin Hasan Wahby, Al-Maktab at-Ta'awuni Lid-Dn'wah wal Irsyad wa Tau'iyatil f aliat bi as-Sulay, Cet. 3 [Edisi indonesia: Taubat Jalan Menuju Surga, hal. 13-23, Penerjemah: Abdullah Haidir, Kantor Kerjasama Da'wah, Bimbingan dan Penyuluhan bagi Pendatang, AL-Sulay p.o BOX 1419 RIYADH 11431,K.S.A Telp. 2410615,Fax2414488-232]