Keutamaan Taubat Dalam Al-Qur' an
Dan Sunnah
Allah Ta'ala telah memerintahkan
dalam kitab-Nya, begitu pula Rasululllah Shallallahu 'alaihi wa sallam, agar kita beristighfar dan
bertaubat kepadaNya, Karena "kebutuhan makhluk terhadap hal tersebut
(taubat) sangat besar, setiap orang butuh untuk memahamiya kemudian beramal
sesuai tuntutan-tuntutannya" (1)
Allah Ta'ala berfirman,
"Hendaklah kalian meminta
ampun kepada Tuhan kalian dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kalian, mengerjakan
yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus)
kepada kalian sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi
kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika
kalian berpaling, maka sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa siksa hari
kiamat." (QS. Hud: 3)
Ayat yang mulia ini menunjukkan
bahwa istighfar dan taubat kepada Allah Ta'ala dari dosa menyebabkan datangnya
kebaikan dari Allah kepada orang yang melakukannya hingga waktu yang telah
ditentukan. Yang dimaksud dengan Mata'an Hasanan (dalam ayat di atas) adalah:
"keluasan rizqi, kehidupan yang tentram dan keselamatan di dunia" (2).
Allah Ta'ala berfirman,
"Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung." (QS. an-Nur: 31)
Ayat di atas menunjukkan bahwa
keberuntungan hanya diberikan kepada mereka yang bertaubat.
Allah Ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri."
(QS. al-Baqarah: 222)
At-Tawwab adalah: orang yang suka
bertaubat.
Sebagaimana diketahui, bahwa
orang yang suka bertaubat menunjukkan bahwa dia banyak berdosa. Dari sini kita
dapat memahami bahwa, betapapun banyaknya dosa seseorang, jika dia mengiringi
setiap dosa dengan taubat, maka sesungguhnya Allah Ta'ala akan mencintainya.
Ini merupakan perkara yang luar
biasa, "Karena cinta Allah kepada seorang hamba, jauh di atas apa yang
dibayangkan orang beriman, dan inilah perkara yang mestinya menjadi keinginan
paling utama." (3)
Jika demikian halnya kedudukan
taubat, maka para pelakunya sungguh sedang melakukan ibadah yang sangat mulia
dan paling dicintai Allah Azza wa Jalla.
Allah Ta'ala berfirman,
"Kecuali orang-orang yang
bertaubat, beriman dan mengerjakan amal sa/eh, maka kejahatan mereka Allah
ganti dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. al-Furqan: 70)
Ayat ini merupakan berita gembira
yang paling nyata bagi orang-orang yang bertaubat. Ini merupakan "Balasan
yang setimpal bagi orang yang sangat menyesali keburukannya. Setiap kali dia
ingat dosanya, bertambah ketakutan dan rasa malunya kepada Allah dan kemudian
bersegera beramal shaleh.
"Siapa yang kondisinya
seperti ini, maka pahitnya penyesalan atas dosa yang dia rasakan terasa jauh
berlipat-lipat dibanding manisnya perbuatan dosa yang pernah dia lakukan. Maka
dengan demikian, setiap dosa yang dia lakukan akan menjadi sebab lahirnya amal
shaleh yang akan menghapus dosa-dosanya." (4)
Firman Allah Ta'ala,
"Maka mengapa mereka tidak
bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Ma'idah: 74)
Ayat ini merupakan seruan Allah
untuk bertaubat, karena Dia akan mengampuni dosa orang yang bertaubat, walaupun
sepenuh awan di langit. Allah mengasihi mereka dengan menerima taubatnya dan
menggantikan keburukan mereka dengan kebaikan.
Allah awali seruan taubatnya
dengan ungkapan yang sangat lembut dan penuh kasih, karena besarnya pahala dan
manfaat di dalamnya, sebagaimana firman-Nya:
"Maka mengapa mereka tidak bertaubat
kepada Allah?"
Allah Ta'ala berfirman,
"Dan sesungguhnya Aku Maha
Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di
jalan yang benar." (QS. Thaha: 82)
Allah mengabarkan bahwa Dia Maha
Pengampun bagi orang yang bertaubat dari dosa-dosanya, serta beriman dengan
ke-Esaan Allah serta Keagungan Sifat-Sifat-Nya, lalu segera mengejar ridha-Nya
dengan amal shaleh, selalu mencari petunjuk dan menjaga taubatnya hingga wafat. (5)
Allah Ta'ala berfirman,
"Hai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya."
(QS. at-Tahrim: 8) Dalam ayat ini Allah Ta'ala memerintahkan mereka untuk
bertaubat dan kembali kepada-Nya dengan taubat yang ikhlas dan jujur, yang
dapat menghapuskan dosa-dosa sehingga mereka yang bertaubat dapat hidup
tenteram dan tercegah dari perbuatan hina yang selama ini dia lakukan." (6)
Taubat Nashuha adalah: Taubat
dari dosa dan tidak kembali lagi melakukannya.
Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, berkata,
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Setiap anak Adam melakukan
dosa, ·dan sebaikbaik orang yang berdosa adalah orang yang bertaubat." (7)
Ibnu Abbas radhiallahuanhuma
berkata, "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Seandainya Anak Adam
memiliki dua lembah harta, niscaya dia mengharapkan yang ketiga, tidaklah
kepuasan (terhadap dunia) dapat memenuhi hati mereka kecuali jika oleh debu
(jika telah mati), dan Allah akan menerima mereka yang bertaubat." (8)
Aghar bin Yasar Radhiyallahu 'anhu dia berkata,
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Wahai Manusia!,
bertaubatlah kepada Allah, sungguh aku bertaubat dalam sehari seratus
kali" (9)
Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu berkata,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sungguh Allah sangat
gembira dengan taubat sang hamba kepada-Nya, melebihi kegembiraan salah
seseorang yang mengendarai hewan tunggangannya di sebuah padang nan gersang.
Kemudian hewan tunggangannya tersebut kabur, padahal di atasnya terdapat
persediaan makan dan minumnya. Latu dia mendatangi sebuah pohon dan berbaring
di bawahnya dengan rasa putus asa untuk mendapat kembali hewan tunggangannya
itu. Namun ternyata, tiba-tiba hewan tersebut sudah berada di hadapan-nya, maka
segera dia pegang tali kendali hewan itu, lalu berkata -karena saking
gembiranya, 'Ya Allah engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu, (dia)
salah ucap(10) karena saking gembiranya." (11)
Ilustrasi tersebut adalah
gambaran kegembiraan paling besar. Seandainya di dunia ini ada kegembiraan
lebih besar dari itu, niscaya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam akan menjadikannya sebagai contoh.
Kegembiraan Allah dengan hambanya yang bertaubat melebihi kegembiraan orang tersebut
dengan kendaraannya. (12)
Hanya bagi Allah segala puji dan
sanjungan, betapa tinggi kebaikan-Nya, betapa banyak Kemurahan-Nya dan betapa
luas nikmat-Nya.
"Kegembiraan Allah atas taubat hamba-Nya
tersebut -padahal orang itu belum melakukan ketaatan yang sebanding- merupakan
petunjuk keutamaan dan kedudukan taubat di sisi-Nya, dan bahwa taubat merupakan
salah satu bentuk ibadah kepada-Nya yang paling utama" (13)
Dari hadits ini dapat diambil
pelajaran tentang adanya sifat gembira bagi Allah Azza wa Jalla dan Sempurnanya
kasih sayang Allah Jalla wa 'Ala terhadap hamba-Nya; di mana Dia mencintai
taubat orang yang maksiat kepada-Nya dengan cinta yang besar. Orang itu lari
dari Allah, kemudian berhenti lalu kembali kepada-Nya, sehingga Allah
bergembira dengan kegembiraan yang sangat besar.
Dari sisi perilaku, hadits ini
mengajarkan kita untuk selalu berupaya bertaubat setiap kali kita melakukan
sebuah dosa .
Jika anda telah mengetahui bahwa
Allah sangat gembira tiada tara dengan taubat anda, maka tidak diragukan lagi
bahwa hal tersebut akan mendorong anda untuk selalu mengupayakan taubat
kepadaNya. (14)
Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Orang yang bertaubat dari
dosa, bagaikan orang yang tidak ada dosanya." (15)
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata,
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Seandainya kalian berdosa hingga seluas langit,
kemudian kalian bertaubat, niscaya taubat kalian akan diterima." (16)
Hadits ini menunjukkan bahwa "Allah
menerima permohonan ampun dari orang yang meninggalkan dosa, bahkan tidak hanya
sekali, jika dia mengulangi lagi istighfarnya. Ini adalah kabar gembira yang
sangat besar dan layak disambut dengan senang dan pujian oleh hamba Allah
karena luas dan kasih sayang-Nya rahmat Allah kepada hambaNya." (17)
=================
1) Lihat, Jami' al-Ulum wa al-Hikam, 1/451
2) Lihat Adhwa'ul Bayan, 3/78
3) Majma' al-Fawa'id, hal. 215, al-Alla mah as-Sa'dy rahimahullah.
4) Jami' al-Ulum wa al-Hikam, 1/300
5) Al-Majmu'ah al-Kamilah Iii Mu'allafaat al-Allamah as-Sa'dy
(VI/178- 179)
6) Tamyizul-Mahzuzin 'anil Mahrumin (Hal. 316), al-Ma'shumi.
7) Riwayat Tirmizi, no. 2499, dihasankan oleh al-Albany
rahimahullah dalarn Shahih Sunan Tirmizi, no. 2029
8) Riwayat Bukhari, no. 6436, Muslim, no. 1049
9) Riwayat Muslim, no. 2702
10) Serharusnya yang dia ucapkan adalah: "Ya Allah, Engkau
adalah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu"
11) Riwayat Muslim, no. 2747
12) Thariqul-Hijratain, hal. 439.
13) Ibid (hal. 423-424)
14) Syarh al-Aqidah at-Washitiah (hal. 405)
15) Riwayat Ibnu Majah, no. 4250, dihasankan oleh al-Albany
rahimahullah dalam Shahih Sunan Ibnu Maja, no. 3427.
16) Riwayat Jbnu Majah (4248), dishahihkan oleh al-Albany rahimahullah,
dalam Shahih Sunan Ibnu Majah, no. 3426
17) Tuhfatuz-Zakirin, hal. 257
Rujukan:
At-Taubah, Thariqun ilal Jannah
karya Abdul Hadi bin Hasan Wahby, Al-Maktab at-Ta'awuni Lid-Dn'wah wal Irsyad
wa Tau'iyatil f aliat bi as-Sulay, Cet. 3 [Edisi indonesia: Taubat Jalan Menuju
Surga, hal. 13-23, Penerjemah: Abdullah Haidir, Kantor Kerjasama Da'wah, Bimbingan dan
Penyuluhan bagi Pendatang, AL-Sulay p.o BOX 1419 RIYADH 11431,K.S.A Telp.
2410615,Fax2414488-232]