Kumpulan Fatwa Ulama

Minggu, 22 April 2018

Hukum Berdiri Menyambut Orang yang Datang (Fatwa Syaikh Ibnu Baz)

Hukum Berdiri Menyambut Orang yang Datang (Fatwa Syaikh Ibnu Baz)

Pertanyaan
Ketika seseorang masuk, sementara kami sedang duduk di suatu majlis, para hadirin berdiri untuknya, tapi saya tidak ikut berdiri. Haruskah saya ikut berdiri, dan apakah orang-orang itu berdosa?

Jawaban:
Bukan suatu keharusan berdiri untuk orang yang datang, hanya saja ini merupakan kesempurnaan etika, yaitu berdiri untuk menjabatnya (menyalaminya) dan menuntunnya, lebih-lebih bila dilakukan oleh tuan rumah dan orang-orang tertentu. Yang demikian ini termasuk kesempurnaan etika. Nabi صلی الله عليه وسلم pernah berdiri untuk menyambut Fathimah, Fathimah pun demikian untuk menyambut kedatangan beliau. (HR. Abu Daud dalam al-Adab (5217); At-Tirmidzi dalam al-Manaqib (3871)).

Para sahabat juga berdiri untuk menyambut Sa'd bin Mu'adz atas perintah beliau, yaitu ketika Sa'd tiba untuk menjadi pemimpin Bani Quraizah. (HR. Al-Bukhari dalam al-Jihad (3043); Muslim dalam al-Jihad (1768)).

Thalhah bin Ubaidillah juga berdiri dan beranjak dari hadapan Nabi صلی الله عليه وسلم ketika Ka'b bin Malik datang setelah Allah menerima taubatnya, hal itu dilakukan Thalhah untuk menyalaminya dan mengucapkan selamat kepadanya, kemudian duduk kembali. (HR. Al-Bukhari dalam al-Maghazi (4418); Muslim dalam at-Taubah (2769)).

(Peristiwa ini disaksikan oleh Nabi صلی الله عليه وسلم dan beliau tidak mengingkarinya). Hal ini termasuk kesempurnaan etika. Permasalahannya cukup fleksible. Adapun yang mungkar adalah berdiri untuk pengagungan. Namun bila sekedar berdiri untuk menyambut tamu dan menghormatinya, atau menyalaminya atau mengucapkan selamat kepadanya, maka hal ini disyari'atkan. Sedangkan berdirinya orang-orang yang sedang duduk untuk pengagungan, atau sekedar berdiri saat masuknya orang dimaksud, tanpa maksud menyambutnya atau menyalaminya, maka hal ini tidak layak dilakukan. Yang lebih buruk dari itu adalah berdiri untuk menghormat, sementara yang dihormat itu duduk. Demikian ini bila dilakukan bukan dalam rangka menjaganya tapi dalam rangka mengagungkannya.

Berdiri untuk seseorang ada tiga macam:

Pertama: Berdiri untuknya sebagai penghormatan, sementara yang dihormat itu dalam keadaan duduk, yaitu sebagaimana yang dilakukan oleh rakyat jelata terhadap para raja dan para pembesar mereka. Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi صلی الله عليه وسلم, bahwa hal ini tidak boleh dilakukan, karena itulah Nabi صلی الله عليه وسلم menyuruh para sahabatnya untuk duduk ketika beliau shalat sambil duduk, beliau menyuruh mereka supaya duduk dan shalat bersama beliau sambil duduk. (Silakan lihat, di antaranya pada riwayat al-Bukhari dalam al-Adzan (689); Muslim dalam ash-Shalah (411) dari hadits Anas).

Seusai shalat beliau bersabda,
"Hampir saja tadi kalian melakukan seperti yang pernah dila-kukan oleh bangsa Persia dan Romawi, mereka (biasa) berdiri untuk pra raja mereka sementara para raja itu duduk. " (HR. Muslim dalam ash-Shalah (413) dari hadits Jabir).

Kedua: Berdiri untuk seseorang yang masuk atau keluar tanpa maksud menyambut/mangantarnya atau menyalaminya, tapi sekedar menghormati. Sikap seperti ini minimal makruh. Para sahabat tidak pernah berdiri untuk Nabi صلی الله عليه وسلم apabila beliau datang kepada mereka, demikian ini karena mereka tahu bahwa beliau tidak menyukai hal tersebut.

Ketiga: Berdiri untuk menyambut yang datang atau menuntunnya ke tempatnya atau mendudukkannya di tempat duduknya dan sebagainya. Yang demikian ini tidak apa-apa, bahkan termasuk sunnah, sebagaimana yang telah dijelaskan di muka.

Rujukan:
Majmu' Fatawa Ibn Baz, juz 4, hal. 394


ﺣﻜﻢ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻟﻠﻘﺎﺩﻡ

ﺱ : ﺩﺧﻞ ﺭﺟﻞ ﻭﺃﻧﺎ ﻓﻲ ﻣﺠﻠﺲ ﻓﻘﺎﻡ ﻟﻪ ﺍﻟﺤﺎﺿﺮﻭﻥ، ﻭﻟﻜﻨﻲ ﻟﻢ ﺃﻗﻢ، ﻓﻬﻞ ﻳﻠﺰﻣﻨﻲ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ، ﻭﻫﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺎﺋﻤﻴﻦ ﺇﺛﻢ؟

ﺝ : ﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻟﻠﻘﺎﺩﻡ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﻦ ﻣﻜﺎﺭﻡ ﺍﻷﺧﻼﻕ، ﻣﻦ ﻗﺎﻡ ﺇﻟﻴﻪ ﻟﻴﺼﺎﻓﺤﻪ ﻭﻳﺄﺧﺬ ﺑﻴﺪﻩ، ﻭﻻ ﺳﻴﻤﺎ ﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﺒﻴﺖ ﻭﺍﻷﻋﻴﺎﻥ، ﻓﻬﺬﺍ ﻣﻦ ﻣﻜﺎﺭﻡ ﺍﻷﺧﻼﻕ، ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻡ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﷺ ﻟﻔﺎﻃﻤﺔ، ﻭﻗﺎﻣﺖ ﻟﻪ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ، ﻭﻗﺎﻡ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ  ﺑﺄﻣﺮﻩ ﻟﺴﻌﺪ ﺑﻦ ﻣﻌﺎﺫ  ﻟﻤﺎ ﻗﺪﻡ ﻟﻴﺤﻜﻢ ﻓﻲ ﺑﻨﻲ ﻗﺮﻳﻈﺔ، ﻭﻗﺎﻡ ﻃﻠﺤﺔ ﺑﻦ ﻋﺒﻴﺪﺍﻟﻠﻪ  ﻣﻦ ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻱ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﷺ ﻟﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﻛﻌﺐ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ  ﺣﻴﻦ ﺗﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﺼﺎﻓﺤﻪ ﻭﻫﻨﺄﻩ ﺛﻢ ﺟﻠﺲ، ﻭﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﺑﺎﺏ ﻣﻜﺎﺭﻡ ﺍﻷﺧﻼﻕ ﻭﺍﻷﻣﺮ ﻓﻴﻪ ﻭﺍﺳﻊ .
ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻡ ﻭﺍﻗﻔﺎ ﻟﻠﺘﻌﻈﻴﻢ، ﺃﻣﺎ ﻛﻮﻧﻪ ﻳﻘﻮﻡ ﻟﻴﻘﺎﺑﻞ ﺍﻟﻀﻴﻒ ﻹﻛﺮﺍﻣﻪ ﺃﻭ ﻣﺼﺎﻓﺤﺘﻪ ﺃﻭ ﺗﺤﻴﺘﻪ ﻓﻬﺬﺍ ﺃﻣﺮ ﻣﺸﺮﻭﻉ، ﻭﺃﻣﺎ ﻛﻮﻧﻪ ﻳﻘﻒ ﻭﺍﻟﻨﺎﺱ ﺟﻠﻮﺱ ﻟﻠﺘﻌﻈﻴﻢ، ﺃﻭ ﻳﻘﻒ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺪﺧﻮﻝ ﻣﻦ ﺩﻭﻥ ﻣﻘﺎﺑﻠﺔ ﺃﻭ ﻣﺼﺎﻓﺤﺔ، ﻓﻬﺬﺍ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ، ﻭﺃﺷﺪ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻮﻗﻮﻑ ﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻟﻪ ﻭﻫﻮ ﻗﺎﻋﺪ ﻻ ﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﺍﻟﺤﺮﺍﺳﺔ ﺑﻞ ﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﺍﻟﺘﻌﻈﻴﻢ ﻓﻘﻂ . ﻭﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻗﺴﺎﻡ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ :
ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻷﻭﻝ : ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻫﻮ ﺟﺎﻟﺲ ﻟﻠﺘﻌﻈﻴﻢ، ﻛﻤﺎ ﺗﻌﻈﻢ ﺍﻟﻌﺠﻢ ﻣﻠﻮﻛﻬﺎ ﻭﻋﻈﻤﺎﺀﻫﺎ، ﻛﻤﺎ ﺑﻴﻨﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﷺ، ﻓﻬﺬﺍ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ، ﻭﻟﻬﺬﺍ ﺃﻣﺮ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﷺ ﺃﻥ ﻳﺠﻠﺴﻮﺍ ﻟﻤﺎ ﺻﻠﻰ ﺑﻬﻢ ﻗﺎﻋﺪًﺍ، ﺃﻣﺮﻫﻢ ﺃﻥ ﻳﺠﻠﺴﻮﺍ ﻭﻳﺼﻠﻮﺍ ﻣﻌﻪ ﻗﻌﻮﺩﺍ، ﻭﻟﻤﺎ ﻗﺎﻣﻮﺍ ﻗﺎﻝ : ﻛﺪﺗﻢ ﺃﻥ ﺗﻌﻈﻤﻮﻧﻲ ﻛﻤﺎ ﺗﻌﻈﻢ ﺍﻷﻋﺎﺟﻢ ﺭﺅﺳﺎﺀﻫﺎ .
ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ : ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻡ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﻭﺍﻗﻔﺎ ﻟﺪﺧﻮﻟﻪ ﺃﻭ ﺧﺮﻭﺟﻪ ﻣﻦ ﺩﻭﻥ ﻣﻘﺎﺑﻠﺔ ﻭﻻ ﻣﺼﺎﻓﺤﺔ، ﺑﻞ ﻟﻤﺠﺮﺩ ﺍﻟﺘﻌﻈﻴﻢ، ﻓﻬﺬﺍ ﺃﻗﻞ ﺃﺣﻮﺍﻟﻪ ﺃﻧﻪ ﻣﻜﺮﻭﻩ، ﻭﻛﺎﻥ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ - ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ﻻ ﻳﻘﻮﻣﻮﻥ ﻟﻠﻨﺒﻲ ﷺ ﺇﺫﺍ ﺩﺧﻞ ﻋﻠﻴﻬﻢ، ﻟﻤﺎ ﻳﻌﻠﻤﻮﻥ ﻣﻦ ﻛﺮﺍﻫﻴﺘﻪ ﻟﺬﻟﻚ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ .
ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ : ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻡ ﻣﻘﺎﺑﻼ ﻟﻠﻘﺎﺩﻡ ﻟﻴﺼﺎﻓﺤﻪ، ﺃﻭ ﻳﺄﺧﺬ ﺑﻴﺪﻩ ﻟﻴﻀﻌﻪ ﻓﻲ ﻣﻜﺎﻥ ﺃﻭ ﻟﻴﺠﻠﺴﻪ ﻓﻲ ﻣﻜﺎﻧﻪ، ﺃﻭ ﻣﺎ ﺃﺷﺒﻪ ﺫﻟﻚ، ﻓﻬﺬﺍ ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﻪ، ﺑﻞ ﻫﻮ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻛﻤﺎ ﺗﻘﺪﻡ .

--------------------
.1 ‏( ﻣﺠﻤﻮﻉ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﻭﻣﻘﺎﻻﺕ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﺑﻦ ﺑﺎﺯ : 4/394 ‏)


https://binbaz.org.sa/fatwas/931/حكم-القيام-للقادم